SERIAL AMALAN-AMALAN PENGUSIR SETAN (BAGIAN 6)
SERIAL AMALAN-AMALAN PENGUSIR SETAN
AGAR DOA MENJADI KEKUATAN DIGDAYA
BAGIAN 6
MEMILIH WAKTU-WAKTU YANG MUSTAJAB
Doa Orang Yang Dibelit Kesulitan
Allah Azza Wa Jalla berfirman dalam Al Qur'anil Karim :
*اَمَّنْ يُّجِيْبُ الْمُضْطَرَّ اِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوْٓء*َ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَآءَ الْاَرْضِ ۗ ءَاِلٰـهٌ مَّعَ اللّٰهِ ۗ قَلِيْلًا مَّا تَذَكَّرُوْنَ
*"Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya, dan menghilangkan kesusahan* dan menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah (pemimpin) di Bumi? Apakah di samping Allah ada Tuhan (yang lain)? Sedikit sekali (nikmat Allah) yang kamu ingat."
(QS. An-Naml 27: 62)
Ibnu Katsir berkata, "Yakni, siapakah Dzat yang mana orang yang menghadapi kesulitan hanya mengadu kepada-Nya dan tidak mampu menghilangkan kesusahan kesusahan orang-orang yang susah selain diri-Nya? Dalam Musnadnya, Imam Ahmad menyebutkan dari seorang laki-laki dari Balhujaim, ia menuturkan, "Aku bertanya, Wahai Rasulullah, kepada siapakah Anda menyeru ?" Beliau menjawab, *"Aku menyeru kepada Allah semata, Dzat yang bila engkau tertimpa kesusahan, lalu engkau berdoa kepada-Nya, Niscaya Dia akan menghilangkannya (kesusahan) darimu, Dzat yang bila engkau kehilangan kendaraan di padang yang luas, lalu engkau berdoa kepada-Nya, niscaya dia akan mengembalikannya kepadamu, dan Dzat yang bila kekeringan menimpamu, lalu engkau berdoa kepada-Nya, niscaya Dia akan menumbuhkan (tanaman) untukmu,* 'Aku berkata, Berilah aku wasiat. Beliau bersabda, "Jangan mencaci seorangpun. Jangan meremehkan kebaikan walaupun hanya memperlihatkan muka manis kepada saudaramu saat bertemu dan walaupun engkau hanya menuangkan isi embermu ke bejana orang yang minta air. Berpakaianlah hingga setengah betis. Jika engkau tidak mau, maka hingga kedua mata kaki. Jangan menjuraikan pakaian karena menjuraikan pakaian itu termasuk tindakan sombong. Dan Allah tidak menyukai kesombongan." (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya. IV: 65, V:64, 378. Al-'Allamah Ahmad Syakir berkata, "Hadits shahih".)
Kemudian Ibnu Katsir menyebutkan, "Thawus menjenguk Ubaidillah bin Abi Shalih. Lantas Ubaidillah berkata kepadanya, "Berdoalah kepada Allah untuk kesembuhanku, wahai Abu Abdirrahman (Kunyahnya Thawus). Thawus menjawab, "Berdoalah sendiri, sesungguhnya Dia mengijabahi doa orang yang tengah kesulitan apabila berdoa kepada-Nya."
Al-Hafizh Ibnu Asakir mengetengahkan biografi seorang guru Abu Bakar Muhammad bin Dawud Ad-Dinawari, yang lebih dikenal dengan ad-Daqi Ash-Shufi, bahwa orang ini menuturkan, "Dulu aku biasa menyewakan seekor bighal (peranakan antara kuda dan keledai) ku dari Damaskus ke Zabdani. Suatu kali ada seorang yang minta diantarkan ke suatu tempat. Singkatnya, kami melalui jalan yang tidak biasa dilewati. Ia berkata padaku, "Ambil jalur ini. Ini jalan pintas". Kujawab, "Aku tidak menguasai medannya. "Jalan ini lebih dekat", kata orang itu lagi. Akhirnya kami melewati jalan itu hingga sampai di suatu tempat yang sunyi dan lembah yang sangat curam. Di dasarnya banyak mayat bergelimpangan. Ia berkata kepadaku, "Peganglah kepala bighal agar aku bisa turun". Orang itu turun, menyingsingkan lengannya, mengikat bajunya, menghunus pisau dan menuju ke arahku. Akupun lari, dan ia terus mengejarku. Aku menyumpahinya dengan nama Allah sembari berkata, "Ambillah bighal beserta muatannya. Namun ia menjawab, "Itu memang milikku, tapi aku menginginkan kematianmu". Aku menakut-nakutinya dengan Allah dan siksaan, tapi tak mempan juga. Akhirnya aku menyerah bertekuk lutut di hadapannya. Aku mengatakan, "Biarkan aku mengerjakan sholat dua rakaat terlebih dahulu". "Ya, cepat" jawabnya ketus. Aku memulai sholat, tapi hapalan Al Qur'an ku kacau. Tak satu huruf pun yang teringat. Aku hanya bisa berdiri mematung dalam keadaan bingung, sementara orang itu menghardik, "Hayo... cepat selesaikan !". Lantas Allah membimbing lidahku mengucapkan firman-Nya, *Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan...* (An-Naml : 62). Tiba-tiba aku melihat seorang ksatria berkuda yang muncul dari arah ujung lembah dengan menggenggam sebuah tombak, lalu melemparkannya ke penjahat itu. Tombak tersebut tepat mengenai jantungnya hingga ia ambruk dan mati. Akupun mendekati ksatria berkuda itu sambil bertanya, "Demi Allah, siapakah anda ?". Ia menjawab, "Aku utusan Dzat yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya dan yang menghilangkan kesusahan". Lantas aku menghampiri bighal beserta muatannya, kemudian pulang dalan keadaan sehat wal afiat."
(Tafsirul Qur'anil 'Azhim, III:358)
Dikutip dan diringkas oleh : *Aguslim R Koto*
Al-Qaulul Mubin fima Yathrudul Jinni wasy Syayathin
Syaikh Abu Al Barra' Usamah bin Yasin Al-Ma'ani
AGAR DOA MENJADI KEKUATAN DIGDAYA
BAGIAN 6
MEMILIH WAKTU-WAKTU YANG MUSTAJAB
Doa Orang Yang Dibelit Kesulitan
Allah Azza Wa Jalla berfirman dalam Al Qur'anil Karim :
*اَمَّنْ يُّجِيْبُ الْمُضْطَرَّ اِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوْٓء*َ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَآءَ الْاَرْضِ ۗ ءَاِلٰـهٌ مَّعَ اللّٰهِ ۗ قَلِيْلًا مَّا تَذَكَّرُوْنَ
*"Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya, dan menghilangkan kesusahan* dan menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah (pemimpin) di Bumi? Apakah di samping Allah ada Tuhan (yang lain)? Sedikit sekali (nikmat Allah) yang kamu ingat."
(QS. An-Naml 27: 62)
Ibnu Katsir berkata, "Yakni, siapakah Dzat yang mana orang yang menghadapi kesulitan hanya mengadu kepada-Nya dan tidak mampu menghilangkan kesusahan kesusahan orang-orang yang susah selain diri-Nya? Dalam Musnadnya, Imam Ahmad menyebutkan dari seorang laki-laki dari Balhujaim, ia menuturkan, "Aku bertanya, Wahai Rasulullah, kepada siapakah Anda menyeru ?" Beliau menjawab, *"Aku menyeru kepada Allah semata, Dzat yang bila engkau tertimpa kesusahan, lalu engkau berdoa kepada-Nya, Niscaya Dia akan menghilangkannya (kesusahan) darimu, Dzat yang bila engkau kehilangan kendaraan di padang yang luas, lalu engkau berdoa kepada-Nya, niscaya dia akan mengembalikannya kepadamu, dan Dzat yang bila kekeringan menimpamu, lalu engkau berdoa kepada-Nya, niscaya Dia akan menumbuhkan (tanaman) untukmu,* 'Aku berkata, Berilah aku wasiat. Beliau bersabda, "Jangan mencaci seorangpun. Jangan meremehkan kebaikan walaupun hanya memperlihatkan muka manis kepada saudaramu saat bertemu dan walaupun engkau hanya menuangkan isi embermu ke bejana orang yang minta air. Berpakaianlah hingga setengah betis. Jika engkau tidak mau, maka hingga kedua mata kaki. Jangan menjuraikan pakaian karena menjuraikan pakaian itu termasuk tindakan sombong. Dan Allah tidak menyukai kesombongan." (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya. IV: 65, V:64, 378. Al-'Allamah Ahmad Syakir berkata, "Hadits shahih".)
Kemudian Ibnu Katsir menyebutkan, "Thawus menjenguk Ubaidillah bin Abi Shalih. Lantas Ubaidillah berkata kepadanya, "Berdoalah kepada Allah untuk kesembuhanku, wahai Abu Abdirrahman (Kunyahnya Thawus). Thawus menjawab, "Berdoalah sendiri, sesungguhnya Dia mengijabahi doa orang yang tengah kesulitan apabila berdoa kepada-Nya."
Al-Hafizh Ibnu Asakir mengetengahkan biografi seorang guru Abu Bakar Muhammad bin Dawud Ad-Dinawari, yang lebih dikenal dengan ad-Daqi Ash-Shufi, bahwa orang ini menuturkan, "Dulu aku biasa menyewakan seekor bighal (peranakan antara kuda dan keledai) ku dari Damaskus ke Zabdani. Suatu kali ada seorang yang minta diantarkan ke suatu tempat. Singkatnya, kami melalui jalan yang tidak biasa dilewati. Ia berkata padaku, "Ambil jalur ini. Ini jalan pintas". Kujawab, "Aku tidak menguasai medannya. "Jalan ini lebih dekat", kata orang itu lagi. Akhirnya kami melewati jalan itu hingga sampai di suatu tempat yang sunyi dan lembah yang sangat curam. Di dasarnya banyak mayat bergelimpangan. Ia berkata kepadaku, "Peganglah kepala bighal agar aku bisa turun". Orang itu turun, menyingsingkan lengannya, mengikat bajunya, menghunus pisau dan menuju ke arahku. Akupun lari, dan ia terus mengejarku. Aku menyumpahinya dengan nama Allah sembari berkata, "Ambillah bighal beserta muatannya. Namun ia menjawab, "Itu memang milikku, tapi aku menginginkan kematianmu". Aku menakut-nakutinya dengan Allah dan siksaan, tapi tak mempan juga. Akhirnya aku menyerah bertekuk lutut di hadapannya. Aku mengatakan, "Biarkan aku mengerjakan sholat dua rakaat terlebih dahulu". "Ya, cepat" jawabnya ketus. Aku memulai sholat, tapi hapalan Al Qur'an ku kacau. Tak satu huruf pun yang teringat. Aku hanya bisa berdiri mematung dalam keadaan bingung, sementara orang itu menghardik, "Hayo... cepat selesaikan !". Lantas Allah membimbing lidahku mengucapkan firman-Nya, *Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan...* (An-Naml : 62). Tiba-tiba aku melihat seorang ksatria berkuda yang muncul dari arah ujung lembah dengan menggenggam sebuah tombak, lalu melemparkannya ke penjahat itu. Tombak tersebut tepat mengenai jantungnya hingga ia ambruk dan mati. Akupun mendekati ksatria berkuda itu sambil bertanya, "Demi Allah, siapakah anda ?". Ia menjawab, "Aku utusan Dzat yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya dan yang menghilangkan kesusahan". Lantas aku menghampiri bighal beserta muatannya, kemudian pulang dalan keadaan sehat wal afiat."
(Tafsirul Qur'anil 'Azhim, III:358)
Dikutip dan diringkas oleh : *Aguslim R Koto*
Al-Qaulul Mubin fima Yathrudul Jinni wasy Syayathin
Syaikh Abu Al Barra' Usamah bin Yasin Al-Ma'ani
Posting Komentar untuk "SERIAL AMALAN-AMALAN PENGUSIR SETAN (BAGIAN 6)"
Komentar anda akan di moderasi dulu oleh admin, terima kasih.