APAKAH MENJADI PERUQYAH ITU GAMPANG?
BENARKAH MENJADI PERUQYAH ITU GAMPANG?
Salahudin Sunan Al-sasaki
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله وحده والصلاة والسلام على من لا نبي بعده وعلى آله وصحبه وسلم تسليماّ كثيراً مزيداً إلى يوم الدين. اما بعد:
Kenyataan dalam praktek lapangan meruqyah itu tidak semudah apa yang didengungkan sebagian orang yang mengatakan bahwa meruqyah itu mudah, atau meruqyah itu tidak hanya milik ustadz. Dalam sebagian keadaan mungkin ungkapan tersebut ada benarnya, namun dalam sebagian besar kasus ungkapan tersebut tidak cocok.
Dalam praktek lapangan meruqyah itu begitu sulit, khususnya apabila peruqyah itu tidak memiliki ketelitian didalam mendiagnosa pasiennya. Keadaan ini bisa dipengaruhi oleh adanya jin didalam tubuh pasien, hingga jin ini, untuk mengecoh peruqyah, akan menimbulkan ciri-ciri yang mirip satu sama lainnya dengan tujuan agar peruqyah ini tidak sampai pada sebab dia masuk. Sebab dia masuk merupakan akar masalah yang harus ditemukan, dan usaha ini tentu akan mendapat perlawanan sengit dari jin didalam tubuh. Apa sebab dari perlawanan ini?
Pertama: Jin didalam tubuh sudah merasa nyaman, dan enak. Hanya tidur, dan makan gratis, tanpa dia capek-capek kerja.
Kedua: Taklif. Ada tugas yang dia emban dari tukang sihir. Jin ini melawan karena dia dibawah tekanan dari tukang sihir. Dia hanya mempertahankan nyawanya sendiri, atau bahkan nyawa kerabatnya yang menjadi jaminan.
Ketiga: Dia mencintai pasien itu sendiri. Keadaan ini tidak ubahnya kita manusia yang memiliki perasaan, dan hawa nafsu. Jin ini melawan hanya karena mempertahankan cintanya. Tidak seorangpun yang boleh mengganggu cintanya.
Keempat: Gangguannya sudah lama. Ibarat seseorang yang sudah lama menempati suatu tempat. Jin ini sudah merasa nyaman, aman di tubuh pasien, maka hal ini akan membuat jin ini mempertahankan tempatnya. Gangguan yang sudah lama bisa membuat penyakit pasien itu samar, hingga sulit di deteksi akar masalahnya. Disini seorang peruqyah jangan hanya mendiagnosa satu, atau dua kali, tapi harus berkali-kali agar tabir penyakitnya bisa dibuka dengan diagnosa yang lebih teliti. Kita bisa bayangkan betapa sulitnya menjadi peruqyah itu. Saya ambil contoh satu kasus sbb:
Ada pasien suami istri yang selalu berkelahi, dan si istri sering minta cerai. Si istri ini merasa dia tersihir dilihat dari keluhan yang dia rasakan. Setelah saya cari keluhan fisik, yang berhubungan dengan sihir, dan diperkuat dari keluhan waktu tidur/mimpi-mimpi, saya tidak menemukan si istri tersihir. Lalu saya katakan bahwa anda tidak tersihir. Dia kelihatan tidak percaya dengan kesimpulan saya. Lalu dia berkata: "Saya sudah berkali-kali diruqyah, dan semua menvonis saya disihir dengan tujuan tafriq/berpisah". Mbk.. anda tidak tersihir, tapi mbk tertimpa ain (kesimpulan dari wajah). Untuk menguatkan diagnosa, Lalu saya bertanya: "Apa mbk memiliki kelebihan hingga mengundang rasa kagum, atau iri orang lain?" Mbk ini menjawab: "Iya. Saya pintar masak." Siapa yang sering memuji mbk?" Dia jawab: "Suami saya." Gimana perasaan mbk kalau deket suami? "Saya merasa sesak, dan tidak nyaman". Jawaban mbk ini syarat dengan ciri ain, dan bisa kita simpulkan mbk ini tertimpa ain.
Kalau kita lihat keluhan pertama mbk diatas, tentu kita akan langsung vonis mbk ini disihir untuk tujuan berpisah/tafriq, hingga terus diruqyah dengan niat menyembuhkan sihirnya. Ini tentu salah, dan pasien tidak akan sembuh-sembuh.
Terakhir, saya sendiri tidak berpendapat seperti ungkapan diatas, tetapi berpendapat bahwa meruqyah itu sulit, karena banyak hal yang harus dipelajari secara langsung kepada ahlinya. Pendapat saya tidak berarti akan membuat seseorang yang sedang belajar ruqyah merasa putus harapan. Justru kusulitan didalam meruqyah bisa kita jadikan cambuk untuk terus belajar dan belajar.
Semoga bermanfaat. Aamiiin..
وصل الله على محمد وآله وصحبه وسلم. والحمد لله رب العالمين. والله تعالى اعلى واعلم
Salahudin Sunan Al-sasaki
الحمد لله وحده والصلاة والسلام على من لا نبي بعده وعلى آله وصحبه وسلم تسليماّ كثيراً مزيداً إلى يوم الدين. اما بعد:
Kenyataan dalam praktek lapangan meruqyah itu tidak semudah apa yang didengungkan sebagian orang yang mengatakan bahwa meruqyah itu mudah, atau meruqyah itu tidak hanya milik ustadz. Dalam sebagian keadaan mungkin ungkapan tersebut ada benarnya, namun dalam sebagian besar kasus ungkapan tersebut tidak cocok.
Dalam praktek lapangan meruqyah itu begitu sulit, khususnya apabila peruqyah itu tidak memiliki ketelitian didalam mendiagnosa pasiennya. Keadaan ini bisa dipengaruhi oleh adanya jin didalam tubuh pasien, hingga jin ini, untuk mengecoh peruqyah, akan menimbulkan ciri-ciri yang mirip satu sama lainnya dengan tujuan agar peruqyah ini tidak sampai pada sebab dia masuk. Sebab dia masuk merupakan akar masalah yang harus ditemukan, dan usaha ini tentu akan mendapat perlawanan sengit dari jin didalam tubuh. Apa sebab dari perlawanan ini?
Pertama: Jin didalam tubuh sudah merasa nyaman, dan enak. Hanya tidur, dan makan gratis, tanpa dia capek-capek kerja.
Kedua: Taklif. Ada tugas yang dia emban dari tukang sihir. Jin ini melawan karena dia dibawah tekanan dari tukang sihir. Dia hanya mempertahankan nyawanya sendiri, atau bahkan nyawa kerabatnya yang menjadi jaminan.
Ketiga: Dia mencintai pasien itu sendiri. Keadaan ini tidak ubahnya kita manusia yang memiliki perasaan, dan hawa nafsu. Jin ini melawan hanya karena mempertahankan cintanya. Tidak seorangpun yang boleh mengganggu cintanya.
Keempat: Gangguannya sudah lama. Ibarat seseorang yang sudah lama menempati suatu tempat. Jin ini sudah merasa nyaman, aman di tubuh pasien, maka hal ini akan membuat jin ini mempertahankan tempatnya. Gangguan yang sudah lama bisa membuat penyakit pasien itu samar, hingga sulit di deteksi akar masalahnya. Disini seorang peruqyah jangan hanya mendiagnosa satu, atau dua kali, tapi harus berkali-kali agar tabir penyakitnya bisa dibuka dengan diagnosa yang lebih teliti. Kita bisa bayangkan betapa sulitnya menjadi peruqyah itu. Saya ambil contoh satu kasus sbb:
Ada pasien suami istri yang selalu berkelahi, dan si istri sering minta cerai. Si istri ini merasa dia tersihir dilihat dari keluhan yang dia rasakan. Setelah saya cari keluhan fisik, yang berhubungan dengan sihir, dan diperkuat dari keluhan waktu tidur/mimpi-mimpi, saya tidak menemukan si istri tersihir. Lalu saya katakan bahwa anda tidak tersihir. Dia kelihatan tidak percaya dengan kesimpulan saya. Lalu dia berkata: "Saya sudah berkali-kali diruqyah, dan semua menvonis saya disihir dengan tujuan tafriq/berpisah". Mbk.. anda tidak tersihir, tapi mbk tertimpa ain (kesimpulan dari wajah). Untuk menguatkan diagnosa, Lalu saya bertanya: "Apa mbk memiliki kelebihan hingga mengundang rasa kagum, atau iri orang lain?" Mbk ini menjawab: "Iya. Saya pintar masak." Siapa yang sering memuji mbk?" Dia jawab: "Suami saya." Gimana perasaan mbk kalau deket suami? "Saya merasa sesak, dan tidak nyaman". Jawaban mbk ini syarat dengan ciri ain, dan bisa kita simpulkan mbk ini tertimpa ain.
Kalau kita lihat keluhan pertama mbk diatas, tentu kita akan langsung vonis mbk ini disihir untuk tujuan berpisah/tafriq, hingga terus diruqyah dengan niat menyembuhkan sihirnya. Ini tentu salah, dan pasien tidak akan sembuh-sembuh.
Terakhir, saya sendiri tidak berpendapat seperti ungkapan diatas, tetapi berpendapat bahwa meruqyah itu sulit, karena banyak hal yang harus dipelajari secara langsung kepada ahlinya. Pendapat saya tidak berarti akan membuat seseorang yang sedang belajar ruqyah merasa putus harapan. Justru kusulitan didalam meruqyah bisa kita jadikan cambuk untuk terus belajar dan belajar.
Semoga bermanfaat. Aamiiin..
وصل الله على محمد وآله وصحبه وسلم. والحمد لله رب العالمين. والله تعالى اعلى واعلم
Posting Komentar untuk "APAKAH MENJADI PERUQYAH ITU GAMPANG?"
Komentar anda akan di moderasi dulu oleh admin, terima kasih.