Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Meruqyah Gadis Yang Kebelet Nikah Tapi Dilarang Orangtua


MARISA PENGEN NIKAH
Oleh : Ust Andi Sidomulyo

----------------------------------------------

Marisa 22 tahun (nama samaran) gadis cantik nan ayu ini semenjak di wisuda dari sebuah universitas,ia mengalami gangguan mental, ia tidak mau bergaul, lebih senang menyendiri, kadang mau keluar rumah di malam hari, duduk menyendiri dan yang lebih Ekstrim ia temperamental, mudah marah terhadap orangtuanya, sampai-sampai kalo marah ia mau memukul dengan benda benda keras.

Ketika ia di bawa kedua orangtuanya yang di dampingi sahabat saya Akhy Fatihillah Al-amin, ketika bertemu masih terlihat bekas memar di pelopak mata dari ibunda si melisa, ketika saya tanya : 'Kena apa bu mata nya?"

"Itu pak, di pukul batu sama melisa." Jawab sang ibu.

Si melisa ketika berhadapan dengan saya terkesan takut dan malu, saya mencoba meyakinkan dia untuk bisa berbagi dan memberi solusi namun tetap ia bersikukuh dengan sikap nya. Saya terus mencoba lagi agar ia mau berbicara dengan saya, ia mau tapi masih belum benar-benar terbuka, dan si ibu yang banyak berbicara tentang kelakuan nya.

Setelah mengahabiskan waktu kurang lebih satu jam, terdengar adzan menandakan waktu ashar tiba. Dialog scanning saya hentikan untuk melaksanakan shalat Ashar, dengan Ikhwan Fatihillah Al-amin kami tinggal ke masjid.

Selepas Selesai shalat Ashar Saya melanjutkan langsung dengan mentraining Ruqyah mandiri dan di lanjutkan ruqyah langsung.

Dalam Sesi Ruqyah tidak ada Reaksi ekstrim, hanya ketika saya letakan tangan di ubun-ubun ia merasa kesakitan lalu pindah di telapak kaki yang terasa sakit berdenyut, dan di dua titik ini terus menunujukan Reaksi. Saya melanjutkan Ruqyah yang kurang lebih 40 menitan berjalan hingga di dua titik tadi sudah tidak menunjukan reaksi.

Setelah sesi ruqyah selesai saya mencoba menyambung komunikasi, terus terang saya sangat tertantang dengan pasien yang tidak mau berkomunikasi dengan saya apalagi tertutup, karena hampir semua pasien saya itu mau terbuka, jangankan yang sehat akalnya, yang gendeng gendeng saja mau curhat dan terbuka sama saya.

Dan benar selesai di ruqyah ia berbicara nyerocos, semua uneg-uneg yang ada di dalam dirinya keluar. Kadang ia menangis, kadang ia tertawa.

"Mbak kenapa mbak kok berubah begini?"

"Orang tua saya tidak adil, semua tiga saudara saya di beri kebebasan dan saya di tidak."

"Mbak punya kawan?"

"Nggak."

"Punya sahabat?"

"Nggak."

"Lho kenapa kok nggak punya kawan dan sahabat, padahal mbak Sarjana lho, orang berpendidikan?"

"Mereka yang nggak mau berkawan dengan saya, lalu kenapa saya harus berkawan dengan mereka?"

"Ya kalo mbak menutup diri begini bagaimana mereka bisa akrab dengan mbak... Oke sekarang saya dan mas Putra mau jadi sahabat mbak, boleh??"

**Terdiam sesaat**

"Cemana boleh nggak?"

"Iya nggak apa-apa..."

"Mbak, saya yakin ada alasan tertentu yang membuat mbak hingga tega sampai mau melukai ibu mbak sendiri, apa yg membuat mbak sampai setega itu??"

"Dia mengekang saya, sampai-sampai saya pengen nikah tapi tak di kasih kecuali sama pemuda sekampung pilihan mereka dan aku nggak mau, sampai mati pun nggak mau!"

"Jadi apa keinginan mbak saat ini?"

"Aku pengen nikah..."

"Sama siapa?"

"Siapa saja yang mau sama aku asal bukan sesuku dan sekampung."

"Nggak ada kriteria lain?"

"Nggak, asal dia mau sama aku yang kayak gini..."

"Ya nggak boleh begitu juga dong, harus cari yang baiklah, jangan asal-asalan aja."

"Yang penting dia mau sama aku..."

"Kenapa sih kok ngebet banget pengen nikah?"

"Aku takut keburu mati sebelum menikah."

"?????????"

*****

Dialoq masih panjang, saya mencoba membangun komunikasi dengan dia, karena pengalaman model begini, ia butuh orang lain untuk melepas semua beban. Lalu kita memberikan arahan dan arahan itu bisa di terima kalo kita bisa menjadi akrab...

* Ada garis besar dari kasus ini, salah satunya sebagai orang tua, kita tidak terlalu sibuk lalu lupa untuk berbagi dengan anak-kita, kita tidak boleh terlalu kaku dalam memberi ruang gerak anak, dalam artian kita beri gerak tapi dalam pantauan dan arahan. Apalagi memaksakan sebuah kehendak yang anak tersebut menolak. Jadikan anak sahabat hingga kita juga menjadi tempat curhat baginya.

Terapi masih berlanjut mohon Doanya agar kejiwaan Marisa segera pulih dan Allah hantarkan jodoh yang terbaik untuknya...

Tim Belajar Ruqyah
www.belajarruqyah.blogspot.com
www.facebook.com/belajarruqyah

Posting Komentar untuk "Meruqyah Gadis Yang Kebelet Nikah Tapi Dilarang Orangtua"