Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

SERIAL AMALAN-AMALAN PENGUSIR SETAN (BAGIAN 3)

SERIAL AMALAN-AMALAN PENGUSIR SETAN

AGAR DOA MENJADI KEKUATAN DIGDAYA


BAGIAN 3

Tidak Menggantungkan Doa Kepada Kehendak Allah

Misalnya mengucapkan, "Ya Allah, ampunilah aku bila Engkau berkehendak'. Larangan ini sebagaimana tercantum dalam hadits Anas Radhiyallahu 'Anhu berkata : Rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wassalam bersabda :

*إِذَا دَعَا أَحَدُكُمْ فَلْيَعْزِمِ الْمَسْأَلَةَ ، وَلاَ يَقُولَنَّ اللَّهُمَّ إِنْ شِئْتَ فَأَعْطِنِى . فَإِنَّهُ لاَ مُسْتَكْرِهَ لَهُ*

“Apabila salah seorang dari kalian berdoa, hendaklah ia sungguh-sungguh dalam memohon dan janganlah ia mengucapkan, ‘Ya Allah jika Engkau berkenan maka berilah aku.’ Karena sesungguhnya tidak ada yang dapat memaksa-Nya.” (HR. Al-Bukhari)

Imam An-Nawawi mengatakan, "Para ulama berkata, "Berazam dalam permintaan (doa) adalah bersungguh sungguh dalam memintanya, tegas alias tidak lemah dalam memohon, tidak menggantungkan kepada kehendak Allah dan semacamnya".
Pendapat lain, berbaik sangka kepada Allah bahwa Dia akan mengijabahi doanya. Maksud hadits ini adalah himbauan untuk bersikap tegas dalam berdoa dan dibencinya menggantungkan kepada kehendak Allah.
Para ulama juga berkata, "Alasan dibencinya menggantungkan permintaan kepada kehendak Allah adalah karena menyerahkan kepada kehendak itu tidak teraplikasi kecuali kepada orang yang bisa dipaksa. Sementara Allah terbebas dari pemaksaan.
Dikatakan juga, latar belakang dibencinya (menggantungkan doa kepada kehendak), lantaran ungkapan ini mengandung bentuk pemaafan kepada sesuatu yang diminta (bila tidak dipenuhi) dan kepada pihak yang dimintai (tidak memenuhi apa yang dipinta)."

Membaca Shalawat Dan Salam Atas Nabi Muhammad Shollallahu 'Alaihi Wassalan

Sebagaimana diriwayatkan dari hadits Anas Radhiyallahu 'Anhu berkata: Rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wassalam bersabda, "Setiap doa terhalangi hingga dibacakan shalawat atas Nabi Shollallahu 'Alaihi Wassalam." (HR. Ad-Dailami)

Al-Munawi mengatakan, "Maksudnya, doa tidak diangkat kepada Allah hingga orang yang berdoa menyertainya dengan shalawat atas nabi Shollallahu 'Alaihi Wassalam, sebab shalawat adalah perantara bagi terkabulnya doa, karena shalawat ini pasti diterima. Dan berkat kemurahan Allah, Dia tidak mahu menerima sebagian doa dan menolak sebagian yang lain. Jadi shalawat atas Nabi Shollallahu 'Alaihi Wassalam merupakan syarat dalam doa. Sedang doa tergolong amalan ibadah. Padahal, ibadah tanpa dilengkapi syaratnya maka ia tidak sah." (Faidhul Qadir, V: 9)

Banyak Berdoa Saat Longgar Dan Meningkat Saat Kesusahan

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Bersabda:

*من سره أن يستجيب الله له عند الشدائد والكرب فليكثر الدعاء في الرخاء*

“Siapa yang ingin Allah kabulkan permohonnya di waktu Sempit, maka perbanyaklah berdoa di waktu lapang.” (HR At-Tirmidzi no. 3382 dan Al-Hakim no. 1197)

Al-Munawi berkata, maksudnya, dalam kondisi longgar, aman dan sehat. Jelasnya, diantara sifat mukmin yang pandai bersyukur lagi teguh adalah ia mempersiapkan anak panah sebelum membidikkannya dan berlindung keada Allah sebelum menghadapi kondisi genting. Lain halnya dengan orang kafir yang celaka dan orang mukmin yang pandir. Allah Ta'ala berfirman:

*وَاِذَا مَسَّ الْاِنْسَانَ ضُرٌّ دَعَا رَبَّهٗ مُنِيْبًا اِلَيْهِ ثُمَّ اِذَا خَوَّلَهٗ نِعْمَةً مِّنْهُ نَسِيَ مَا كَانَ يَدْعُوْۤا اِلَيْهِ مِنْ قَبْلُ وَجَعَلَ لِلّٰهِ اَنْدَادًا لِّيُـضِلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ ۗ قُلْ تَمَتَّعْ بِكُفْرِكَ قَلِيْلًا ۖ اِنَّكَ مِنْ اَصْحٰبِ النَّارِ*

"Dan apabila manusia ditimpa bencana, dia memohon (pertolongan) kepada Rabbnya dengan kembali (taat) kepada-Nya; tetapi apabila Dia memberikan nikmat kepadanya, dia lupa (akan bencana) yang pernah dia berdoa kepada Allah sebelum itu, dan diadakannya sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah, Bersenang-senanglah kamu dengan kekafiranmu itu untuk sementara waktu. Sungguh, kamu termasuk penghuni neraka."
(QS. Az-Zumar 39: 8)

Jadi jelaslah, bagi seorang yang menginginkan keselamatan dari himpitan kesusahan dan kesedihan, ia dan lidahnya tidak boleh lalai kepada Yang Maha Benar lagi Maha Suci dengan memuji, berdoa sepenuh hati dan menyanjung-Nya. Sebab, maksud doa saat longgar, sebagaimana dikatakan Imam Al-Hulaimi adalah, doa yang berisi sanjungan, syukur, mengakui karunia, memohon bimbingan, pertolongan dan pengokohan serta memohon ampunan atas keteledoran-keteledoran yang dilakukannya. Seorang hamba, sebesar apapun kesungguhannya, ia belum menunaikan secara sempurna hak-hak Allah. Barang siapa yang lalai berdoa dan tidak memperhatikannya saat kondisi sehat, longgar dan aman, ia persis seperti yang diungkapkan firman Allah berikut :

Allah Ta'ala berfirman:

*فَاِذَا رَكِبُوْا فِى الْفُلْكِ دَعَوُا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَـهُ الدِّيْنَ ۚ فَلَمَّا نَجّٰٮهُمْ اِلَى الْبَـرِّ اِذَا هُمْ يُشْرِكُوْنَ*

"Maka apabila mereka naik kapal, mereka berdoa kepada Allah dengan penuh rasa pengabdian (ikhlas) kepada-Nya, tetapi ketika Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, malah mereka (kembali) menyekutukan (Allah),"
(QS. Al-'Ankabut 29: 65)

Dikutip dan diringkas oleh : *Aguslim R Koto*

Al-Qaulul Mubin fima Yathrudul Jinni wasy Syayathin
Syaikh Abu Al Barra' Usamah bin Yasin Al-Ma'ani

Posting Komentar untuk "SERIAL AMALAN-AMALAN PENGUSIR SETAN (BAGIAN 3)"