Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

SERIAL AMALAN-AMALAN PENGUSIR SETAN (BAGIAN 1)

SERIAL AMALAN-AMALAN PENGUSIR SETAN

BAGIAN 1

AGAR DOA MENJADI KEKUATAN DIGDAYA

Berikut ini beberapa hukum, syarat dan adab-adab yang berhubungan dengan doa, agar doa memiliki daya :

1. Ikhlas Dalam Berdoa

Keikhlasan adalah pangkal (diterimanya) amal perbuatan, berdasarkan firman Allah Azza Wa Jalla :

قُلْ اَمَرَ رَبِّيْ بِالْقِسْطِ ۗ *وَاَقِيْمُوْا وُجُوْهَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّادْعُوْهُ مُخْلِصِيْنَ لَـهُ الدِّيْن*َ ۗ كَمَا بَدَاَكُمْ تَعُوْدُوْنَ

"Katakanlah, Rabbku menyuruhku berlaku adil. Hadapkanlah wajahmu (kepada Allah) pada setiap sholat, dan sembahlah Dia dengan mengikhlaskan ibadah semata-mata hanya kepada-Nya. Kamu akan dikembalikan kepada-Nya sebagaimana kamu diciptakan semula."
(QS. Al-A'raf 7: 29)

Ibnu Katsir berkata, "Maksudnya, Allah memerintahkan kepada kalian agar istiqomah dalam beribadah kepada-Nya. Yakni mengikuti ajaran para Rasul yang diperkuat dengan beragam mukjizat dalam segala apa yang mereka beritakan dari Allah Azza Wa Jalla dan syariat yang mereka bawa. Dan dia memerintahkan kalian agar ikhlas dalam beribadah kepada-Nya. Sesungguhnya Allah tidak menerima amal perbuatan hingga menggabungkan dua sendi ini; Benar sesuai dengan syariat dan ikhlas (suci bersih) dari syirik."

2. Mengawali Doa dengan sanjungan Yang Selayaknya Disandang Allah

Dari Fadhalah bin Ubaid Radhiyallahu 'anhu, ia menuturkan, Rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wassalam pernah mendengar seseorang berdoa dalam shalatnya, tapi ia tidak memuji Allah dan tidak bershalawat kepada Rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wassalam. Maka beliau bersabda, Orang ini tergesa-gesa, kemudian Rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wassalam memanggilnya, lalu bersabda kepadanya dan yang lainnya :

*اذا صلي أحدكم فليبدأ بتحمد الله و الثناء عليه, ثم ليصل علي النبي صلي الله عليه وسلم ثم ليدع بعد بم شاء*

"Apabila salah seorang dari kalian berdoa, hendaknya ia memulai dengan memuji dan menyanjung Allah, kemudian bershalawat kepada Nabi Shollahu 'Alaihi Wassalam setelah itu, baru ia berdoa apa yang dikehendakinya."
(HR Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Hibban)

Al-Munawi berkata, "Dalam kitab Tadzkirahnya, Al-Maqrizi menyatakan, "Doa dikabulkan dalam beberapa waktu. Ia menyebutkan diantaranya, doa yang diawali dengan kalimat sanjungan kepada Allah dan shalawat kepada Rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wassalam."


3. Yakin Doa nya Akan Dikabulkan.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, bahwa nabi berkata : Rasulullah bersabda :

*ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ*

“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR. Tirmidzi no. 3479)

Al Munawi berkata, "Maksudnya, berdoalah kalian kepada Allah, satu satu-Nya Dzat yang berhak untuk memberi, tak memberi, menimpakan kemudharatan dan menganunegarahkan manfaat. Penyebutan nama Allah dalam hadits ini lebih sesuai dari kata Rabb. Maknanya, mintalah karunia-Nya dengan berdoa."

Doa adalah permohonan perlindungan dan permintaan pertolongan kepada Rabb oleh hamba. Sedang inti pokoknya, menampakkan kebutuhan kepada-Nya dan melepaskan diri dari kemampuan serta kekuatan sendiri. Doa merupakan tanda penghambaan dan kesadaran akan kehinaan diri sebagai manusia.

Secara umum, doa sangatlah baik. Tapi dengan syarat menjaga etika berdoa, bersungguh sungguh dalam memohon, jelas permintaannya dan yakin akan dikabulkan. Sebagaimana ditunjukkan oleh sabda Nabi Muhammad Shollallahu 'Alahi Wassalam "dan kalian yakin" yakni, percaya dikabulkan. Artinya kalian dalam suatu keadaan dimana doa kalian berhak dikabulkan berkat niat yang ikhlas, kehadiran hati, mengamalkan ketaatan dengan raga, menjauhi larangan dan kebohongan, serta mengosongkan bathin selain dari Ar-Rahman.

Tidakkah anda pernah mendengar Allah Ta'ala berfirman :

مَنْ خَشِيَ الرَّحْمٰنَ بِالْغَيْبِ *وَجَآءَ بِقَلْبٍ مُّنِيْب*
man khosyiyar-rohmaana bil-ghoibi *wa jaaa`a biqolbim muniib*
"(Yaitu) orang yang takut kepada Allah Yang Maha Pengasih, sekalipun tidak kelihatan (olehnya) *dan dia datang dengan hati yang bertobat,"*
(QS. Qaf 50: 33)

Yakni, hati yang kembali kepada Allah dari selain-Nya disertai dengan memperlihatkan ketundukkan, keterdesakkan, pengakuan tak memiliki rasa kekuatan, serta yakin doa akan dikabulkan. Dimana keyakinan ini lebih banyak mengisi hati dibanding penolakannya. Sebab orang yang berdoa apabila dia tidak meyakini doa nya akan diperkenankan, sama saja harapannya tidak tulus. Dan apabila doa tidak tulus, doa pun tidak ikhlas.

Harapan adalah penggerak untuk berdoa, sementara cabang tak akan wujud tanpa keberadaan pokoknya/batang pohonnya. Demikian pula apabila seorang hamba berdoa kepada Allah dengan tidak didasari keyakinan bahwa Allah akan memperkenankannya, maka tidak terkabulnya doa tersebut bisa dikarenakan ketidakmampuannya apa yang dimohon, kebakhilan, atau ketidaktahuannya akan arti permohonan sepenuh hati. Dan semua itu mustahil disandang oleh Allah, Dzat yang maha benar lagi maha suci.

Ath-Thibi berkata, "Perintah untuk berdoa ini disyaratkan dibarengi dengan keyakinan, seperti lalai dan main-main. Dan perintah melakukan hal yang berlawanan dari lalai dan main-main, seperti menghadirkan hati, bersungguh-sungguh dalam memohon dan tegas dalam permintaan. Bila hal ini dapat diwujudkan, maka keyakinanpun akan terwujud.

Sabda beliau pada hadits di atas "....tidak akan memperkenankan......." yakni tidak mengabulkan. Sabda beliau, ".....doa dari hati yang lalai lagi main-main" Artinya, Allah tidak menggubris permohonan peminta yang lalai mengingat Rabb nya dan terlalu mencintai dunianya.

Kesadaran dan kesungguhan dalam berdoa merupakan etika doa yang paling utama. Umat Islam telah sepakat bahwa doa lidah yang hampa dari ruh permohonan jiwa, itu minim manfaat dan tidak memiliki pengaruh. Kesepakatan ini bukan hanya dalam permohonan tertentu dan bukan pula dalam kondisi khusus, tapi dalam segala permohonan dan keadaan.

Disebutkan dalam hadits Aisyah Radhiyallahu 'anha tentang sihir yang menimpa Rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wasalam hingga beliau berhalunisasi melakukan sesuatu, padahal beliau tidak melakukanya. Hingga pada suatu malam, Rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wasalam berdoa dan terus berdoa. Kemudian beliau bersabda, Wahai Aisyah, tahukah engkau bahwa Allah telah memberiku fatwa terkait masalah yang aku mintakan fatwa-Nya...."
(diriwayatkan oleh imam ahmad dalam musnadnya, VI:57,63,96. Bukhari dalam shahihnya, kitab Bad'ul Wahyi,(11) no 3628, kitab Ath Thibb (47,49,50) no 5763,5765,5766, Shahih Muslim no 2189, Shahih Ibnu Majah no 2856)

Saat menjelaskan atsar ini, Imam Nawawi mengatakan, "Ungkapan (Hingga suatu hari atau suatu malam, Rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wasalam berdoa dan terus berdoa") ini merupakan dalil disukainya berdoa ketika mengalami hal hal yang tidak diinginkan, mengulang-ulanginya dan pandai pandai mengadu kepada Allah.

Dikutip dan diringkas oleh : Aguslim R Koto

Al-Qaulul Mubin fima Yathrudul Jinni wasy Syayathin
Syaikh Abu Al Barra' Usamah bin Yasin Al-Ma'ani

Posting Komentar untuk "SERIAL AMALAN-AMALAN PENGUSIR SETAN (BAGIAN 1)"