Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ciri Dan Langkah Mengobati Penyakit Ain, Faedah Dari Hadits Sahl Bin Hunaif

PELAJARAN BERHARGA DARI HADITS SAHAL BN HUNAIF RADIALLOHU 'ANHU
Oleh : Salahudin Sunan Al-sasaki

ﺑﺴﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ
ﺍﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ﺭﺏ ﺍﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ ﻭﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﺍﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻰ ﺍﺷﺮﻑ ﺍﻻﻧﺒﻴﺎﺀ ﻭﺍﻟﻤﺮﺳﻠﻴﻦ ﻭﻋﻠﻰ ﺁﻟﻪ ﻭﺍﺻﺤﺎﺑﻪ ﺃﺟﻤﻌﻴﻦ : ﺃﻣﺎ ﺑﻌﺪ :

Bagi para peruqyah hadits Sahabat Sahal bn Hunaif radiallohu 'anhu berikut tentu tidak asing lagi, karena dari hadits yang mulia inilah kita bisa mengambil dasar-dasar pengobatan bagi orang yang tertimpa 'ain.

Berikut hadits nya secara lengkap:

عَنْ أَبِي أُمَامَةَ بْنِ سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ ، قَالَ : مَرَّ عَامِرُ بْنُ رَبِيعَةَ بِسَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ ، وَهُوَ يَغْتَسِلُ فَقَالَ : لَمْ أَرَ كَالْيَوْمِ ، وَلاَ جِلْدَ مُخَبَّأَةٍ فَمَا لَبِثَ أَنْ لُبِطَ بِهِ ، فَأُتِيَ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى الله عَليْهِ وسَلَّمَ فَقِيلَ لَهُ : أَدْرِكْ سَهْلاً صَرِيعًا،(قَالَ مَنْ تَتَّهِمُونَ بِهِ) قَالُوا عَامِرَ بْنَ رَبِيعَةَ ، قَالَ : عَلاَمَ يَقْتُلُ أَحَدُكُم أَخَاهُ ، إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ مِنْ أَخِيهِ مَا يُعْجِبُهُ ، فَلْيَدْعُ لَهُ بِالْبَرَكَةِ ثُمَّ دَعَا بِمَاءٍ ، فَأَمَرَ عَامِرًا أَنْ يَتَوَضَّأَ ، فَغَسَلَ وَجْهَهُ وَيَدَيْهِ إِلَى الْمِرْفَقَيْنِ ، وَرُكْبَتَيْهِ وَدَاخِلَةَ إِزَارِهِ ، وَأَمَرَهُ أَنْ يَصُبَّ عَلَيْهِ.
قَالَ سُفْيَانُ : قَالَ مَعْمَرٌ ، عَنِ الزُّهْرِيِّ : وَأَمَرَهُ أَنْ يَكْفَأَ الإِنَاءَ مِنْ خَلْفِهِ.

“Dari Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif, ia berkata: Amir bin Rabi’ah melewati Sahl bin Hunaif ketika ia sedang mandi, lalu Amir berkata: Aku tidak melihat seperti hari ini; kulit yang lebih mirip (keindahannya) dengan kulit wanita yang dipingit, maka tidak berapa lama kemudian Sahl terjatuh, lalu beliau dibawa kepada Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, seraya dikatakan: “Selamatkanlah Sahl yang sedang terbaring sakit.” Beliau bersabda: “Siapa yang kalian curigai telah menyebabkan ini?” Mereka berkata: “Amir bin Rabi’ah.” Beliau bersabda: “Kenapakah seorang dari kalian membunuh saudaranya? Seharusnya apabila seorang dari kalian melihat sesuatu pada diri saudaranya yang menakjubkan, hendaklah ia mendoakan keberkahan untuknya.” Kemudian beliau meminta air, lalu menyuruh Amir untuk berwudhu, Amir mencuci wajahnya, kedua tangannya sampai ke siku, dua lututnya dan bagian dalam sarungnya. Dan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam memerintahkannya untuk menyiramkan (bekas airnya) kepada Sahl.” Berkata Sufyan, berkata Ma’mar dari Az-Zuhri: Beliau memerintahkannya untuk menyiramkan air dari arah belakangnya.” (HR. Ibnu Majah dari Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif, Shahih Ibni Majah, no. 2828).

Setelah saya bolak-balik kembali kitab Syeikh Abu Barra حفظه الله, dimana didalamnya beliau menukil perkataan Syeikh Abdulloh Al-Sadhan حفظه الله mengenai bagaimana tahapan-tahapan yang harus diambil oleh seorang peruqyah untuk mengatasi penyakit 'ain yang menimpa pasien dihadapannya. Yang menjadi pokok pembahasan kita dalam hadits yang mulia dibawah ini adalah kalimat "من تتهمون به ؟" Siapa yang kalian tuduh? Kalimat yang keluar dari lisan Nabi صلى الله عليه وسلم ini ringkas, namun didalamnya terkandung pelajaran yang begitu padat dan berharga bagi kita ummatnya didalam bersikap ketika ada saudara kita yang sakit karena 'ain. Kalimat inilah yang pertama diucapkan oleh Rosululloh صلى الله عليه وسلم kepada sahabat yang melaporkan apa yang terjadi pada sahabat Sahl bn Hunaif radiallohu 'anhu.

Lalu pelajaran apa yang bisa kita ambil dari sikap rasululloh shallallohu 'alaihi wa sallam didalam hadits tersebut?

Disini secara tidak langsung, kita diajarkan untuk bertanya terlebih dahulu kepada pasien yang terkena 'ain dengan mengatakan: "Siapa yang kamu curigai atau tuduh?" Dengan melakukan ini, maka seorang peruqyah itu telah mengamalkan sunnah Nabi dan menggiring pasiennya untuk mengingat-ingat riwayat sakitnya yang nantinya dapat dijadikan pijakan utama didalam menemukan sebab penyakit pasien dihadapannya, sehingga akan tercapai tindakan yang tepat dan akurat bagi pasien itu sendiri.

Didalam menuduh atau mencurigai pelempar 'ain tentu harus memenuhi beberapa tahapan yang harus dijaga oleh seorang peruqyah agar tidak ditunggangi oleh setan yang dikhawatirkan bisa menimbulkan fitnah bagi kedua belah pihak. Untuk itu saya nukilkan beberapa tahapan yang berbentuk pertanyaan kepada pasien sebagaimana tertulis dalam kitab Syeikh Abu Barra Osamah bn Yasin Al-Ma'aany yaitu:

المنهل المعين في اثبات حقيقة الحسد والعين : 279/9

Berikut pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada pasien yang terkena 'ain:

1. Apakah anda mencurigai orang tertentu yang pernah memuji anda?

2. Apakah seseorang memberitahu anda bahwa seseorang telah memuji anda?

3. Apakah anda melihat didalam mimpi seseorang memuji anda?

Apabila jawaban pasien' IYA', maka diambillah bekas orang yang dicurigai tadi berdasarkan salah satu pertanyaan diatas yang dibenarkan oleh pasien dengan tetap berperasangka baik pada si tertuduh dengan tidak berkeyakinan sepenuhnya bahwa memang yang tertuduh itulah sebagai pelakunya sampai tahap akhir dari pembuktian bekas yang sudah diambil. Jadi tahapan-tahapan diatas tidak lain hanya sebagai usaha awal untuk menuju hasil akhirnya yaitu kesembuhan.

Kenapa harus melihat hasil akhir yaitu kesembuhan?

Jawabannya:
Karena sebagian kasus 'ain dengan menggunakan cara diatas sering dipengaruhi oleh sebab-sebab psikis atau syaitoniyah/tipu daya setan yang sering menuduh orang-orang baik dengan tujuan memecah belah atau memfitnah. Jelasnya hasil akhir yaitu kesembuhan adalah syarat mutlak untuk menvonis dengan yakin bahwa yang tertuduh memang benar si pelakunya. Hasil akhir inilah sebagai senjata ampuh untuk menolak tipu daya setan yang bisa saja masuk ke pikiran pasien disaat kita ajukan pertanyaan-pertanyaan diatas.

Perlu juga di perhatikan oleh seorang peruqyah agar menghindari pertanyaan yang mengarah pada bangkitnya bayangan-bayangan dalam benak pasien tentang orang-orang yang bisa masuk pada ruang lingkup orang yang tertuduh atau dicurigai seperti cara sebagian peruqyah yang menyuruh pasiennya membayangkan setiap orang yang ada dalam benak pasien itu sendiri. Sering ada kejadian ketika proses ruqyah berlangsung peruqyahnya berkata pada pasien:" Ketika tadi saya baca ayat-ayat ruqyah apa anda membayangkan seseorang? Cara seperti ini rentan dari tipu daya setan yang menampakkan dirinya dengan bentuk orang yang dibayangkan oleh pasien. Jadi sangat disarankan agar tidak dilakukan.

Jelasnya cara diatas memiliki tiga tahapan atau bisa kita katakan dengan memiliki tiga rukun yang harus ada agar tuduhan kita benar-benar taufiq dari Allah. Saya simpulkan tiga tahapan yang saya maksud yaitu:

1. Pertanyaan yang mengarah pada menuduh seseorang lalu dibenarkan oleh pasien.
2. Mengambil bekas si tertuduh
3. Hasil akhir yaitu kesembuhan.

Ingat.... dan ingat... hasil akhir ( yang ke tiga) adalah syarat mutlak untuk mengetahui benar dan tidaknya tahapan no 1 dan 2.

Demikian semoga bermanfaat. Aamiiiin.

وصلى الله على محمد وآله وصحبه وسلم.والحمد لله رب العالمين.والله تعالى اعلى و اعلم.

Referensi:
المنهل المعين في اثبات حقيقة الحسد والعين:279/9

Oleh: Syeikh Abu Barra Osamah bn Yasin Al-Ma'aany.

Posting Komentar untuk "Ciri Dan Langkah Mengobati Penyakit Ain, Faedah Dari Hadits Sahl Bin Hunaif"